Sekilas, wajahnya menyeramkan.
Rambutnya gondrong dan berjenggot lebat. Tetapi jika diajak ngobrol, kesederhanaan-nya akan muncul. Dia
akan sela-lu serius berbicara dengan siapa pun, tanpa memandang atribut maupun
predikat. Apalagi kalo pembicaraannya menyangkut ek-sistensi pengungsi Timor
Timur pro Indonesia. Ia akan mengurai secara rinci dengan semangat
“berapi-api”. Itulah sosok Eurico Guterres, ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai
Amanat Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur – DPW PAN NTT.
Bertanggungjawab
Kehadiran
Eurico Guterres di partai berlam-bang matahari terbit ini diawali ketika ia
terpilih sebagai ketua DPW PAN NTT, melalui Musyawarah Wilayah – Muswil PAN
NTT, pada tahun 2006. Bahkan ketika dirinya dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan
– LP, Cipinang Jakarta Timur, antara tahun 2006 sampai 2008, Eurico Guterres masih
memimpin Partai Amanat Nasional dari bilik penjara.
“PAN pertahankan Eurico
Guterres karena dia gagah berani memperta-hankan merah putih. Selain itu,
Eurico Guterres juga bertanggungjawab memimpin DPW PAN NTT meski dirinya berada
dalam penjara”, ujar Soetrisno Bachir, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai
Amanat Nasional – DPP PAN ketika itu. Ia pun menegaskan bahwa, selama di
penjara Eurico tetap menunjukkan tanggung jawabnya sebagai Ketua DPW PAN NTT
dan berkomunikasi dengan jajaran pengurus lain serta pihak DPP PAN.
Prestasinya meningkatkan
kinerja dan populeritas Partai Amanat Nasional di bumi Flobamora, membuat pria
kelahiran 4 Juli 1969 itu kembali terpilih sebagai ketua DPW PAN NTT pada
Muswil PAN NTT, tanggal 18 November 2011, di Kupang. Bersamaan dengan itu, ia
juga dipercaya sebagai salah satu kader di dalam Badan Pemenangan Pemilu –
Bapilu, di Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional – DPP PAN di bawah
kepemimpinan Ir. Hatta Radjasa.
Ayah
tiga anak ini mengaku, dirinya tidak pernah bercita-cita menjadi aktor politik.
“Tanggung jawab lah yang mendorong saya ke panggung politik Indonesia”, kata
Eurico Guterres. Dia bercerita, sebagai mantan Wakil Penglima Pasukan Pejuang
Integrasi – PPI, dirinya memiliki tanggung jawab moral dan politik terhadap
eksistensi puluhan pengungsi Timor Timur pro Indonesia, yang telah membela
harkat dan martabat Indonesia di Timor Timur selama wilayah itu masih menjadi
bagian dari NKRI. Salah satu cara untuk menyuarakan aspirasi mereka adalah
partai politik.
Lantas apakah yang
membuat Eurico Guterres “betah” di PAN, padahal banyak partai yang membuka diri
untuknya? “Ini soal kesempatan dan kepercayaan”, katanya. Menurut dia, partai
PAN memberinya kesempatan dan kepercayaan menjadi “juragan”. “Kepercayaan dan
kesempatan ini harus dilihat secara luas, sebagai penghargaan dan kehormatan yang
diberikan oleh partai PAN kepada orang Timor secara keseluruhan. Sebab, saya
juga lahir di tanah Timor”, katanya. “Saya ingin orang Timor bersuara. Karena
itu, dalam kampanye 2009 yang lalu, saya angkat thema “saatnya orang Timor
bicara”, lanjutnya.
Diterima
oleh banyak partai
Anak ke lima dari
delapan bersaudara ini mengawali karier politiknya sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah – DPRD, Provinsi Timor Timur dari partai Golongan
Karya (Golkar) periode 1999-2004, semasa integrasi Timor Timur dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia – NKRI. Tetapi karier politiknya itu kandas,
menyusul pengumuman hasil jajak pendapat Timor Timur 4 September 1999, yang
dimenangkan pro kemerdekaan dan mengakibatkan Timor Timur terpisah dari NKRI.
Eurico Guterres juga pernah
diundang ikut kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan – PDIP, di
Semarang. Tetapi ia tidak sempat berkecimpung dalam partai pimpinan Megawati
Soekarnoputri itu. Tersiar pula kabar bahwa, Eurico Guterres pernah bergabung dalam
persiapan Musyawarah Daerah – Musda, Partai Demokrat di Jambi sekitar tahun 2004.
Tetapi tidak berarti dia pernah memegang KTA – Kartu Tanda Anggota, Partai
Demokrat. Inilah fakta bahwa Eurico Guterres diterima di banyak partai.
Bahkan menjelang detik-detik
pembebasan Eurico Guterres dari LP Cipinang Jakarta Timur, pada tanggal 7 April
2008 lalu, ketua Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya – Gerindra, Prabowo
Subianto, sempat mengunjunginya sekitar Pukul 19.45 WIB. “Saya datang dalam
kapasitas sebagai teman untuk mengucapkan selamat”, kata Prabowo Subianto
kepada wartawan sebagaimana dikutip detik.com.ketika
itu. Menurut mantan Pangkostrad ini, sosok Eurico Guterres adalah seorang
patriot dan putera Indonesia yang layak diberi keadilan.
Justeru
keadilan itu yang belum pernah diterima Eurico Guterres. Setelah membela
Indonesia di Timor Timur, dia harus terpisah dengan sanak keluarganya di bumi
Lorosae dan menjadi pengungsi di Timor Barat. Di pengungsian, dia malah
dipenjarakan dengan tuduhan melanggar hak azasi manusia karena membela harkat
dan martabat Indonesia di Timor Timur. Ketika sudah bebas dari penjara, dia
bahkan tidak mendapatkan rehabilitasi dan pengembalian nama baik. Padahal hukum
di Indonesia memungkinkan ia memperoleh ganti rugi dan pengembalian nama baik.
Ini perintah undang-undang, yang tidak perlu dimintakan oleh yang bersangkutan.
Guterres mengatakan,
walau hal tersebut merupakan hak setelah dinyatakan tidak bersalah oleh MA, namun
sepenuhnya terserah pemerintah. ”Ada hal yang lebih penting lagi, yakni nasib
pengungsi timor timur yang masih sengsara di daerah pengungsian,” katanya
sebagaimana dikutip Harian Suara Merdeka,
5 April 2008.
Oleh
karena itu, jika Presiden Soekarno pernah bilang “jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu. Tetapi bertanyalah
pada dirimu, apa yang telah engkau berikan kepada negaramu”. Maka Eurico Guterres
layak bertanya: “apa yang negara berikan padanya, setelah dia dipenjarakan atas
tuduhan pelanggaran hak azasi manusia ketika membela harkat dan martabat
Indonesia di Timor Timur”.
Tegar
dan berprestasi
Populeritas selalu
mengundang kontraversi. Kontraversi itu pula yang menghadang langkah politik
Eurico Guterres pada Pemilihan Umum – Pemilu 2009 yang lalu. Dia gagal menjadi
anggota legislative dari partai yang dipimpinnya, justeru di daerah pemilihan
di mana puluhan ribu pendukungnya bermukim. Yaitu, di daratan Timor, Provinsi
Nusa Tenggara Timur – NTT.
Tragis, memang. Tetapi
tidak membuat Eurico Guterres “menangis”. “Saya tidak gagal”, katanya.
Alasannya, partai PAN sebelumnya dipandang “sebelah mata” di NTT. Ternyata mampu menempatkan 48 orang kadernya
sebagai anggota legislative di 20 kabupaten dan kota se- Provinsi NTT.
Ditambah, satu orang di Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dan satu lagi di Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Kini, sudah ada 5 orang kader terbaik NTT
yang diusung partai PAN menjadi Bupati dan Wakil Bupati. “Saya bersyukur kepada
Tuhan, karena partai yang saya pimpin bisa memberi kesempatan kepada orang lain
menjadi anggota legislatif dan eksekutif”, kata Eurico Guterres.
“Saya juga tidak kecewa
meski tidak menjadi anggaota dewan”, katanya. Sebab menurutnya, pergumulan dirinya
di panggung politik bukan untuk kepentingan pribadi. Melainkan terdorong oleh tanggung
jawab terhadap eksistensi pengungsi Timor Timur pro Indonesia. Juga terhadap masyarakat
lokal NTT yang dengan tulus menerima dan mau hidup berdampingan dengan
pengungsi Timor Timur. “Saya berpartai karena rasa tanggung jawab. Saya tidak
cari populeritas di partai, karena sejarah Timor Timur sudah membuat saya
sangat dikenal. Saya juga tidak mencari rupiah di politik. Sebab, “berkat” yang
Tuhan berikan, sudah cukup buat saya hidup di Jakarta saat ini”, katanya. (dari
berbagai sumber)